Kurban dan Pemberdayaan Ekonomi

/ kurmamedia

Studi kasus Dompet Dhuafa sebagai lembagai zakat, salah satu fokus Dompet Dhuafa adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin sebagai mustahiq terbesar di Indonesia. Tujuan ini dicapai melalui 3 strategi, yaitu Pelayanan (Service), Pemberdayaan (Empowerment) dan Pembelaan (Advocation). Strategi tersebut diterapkan pada bidang-bidang yang oleh Dompet Dhuafa disebut sebagai ‘Lingkaran Kemiskinan’: Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Sosial. Maka, sejak tahun 1994 aktivitas kurban yang dilakukan umat Islam saat Idul Adha pun dimanfaatkan oleh Dompet Dhuafa untuk menguatkan program-progaram pemberdayaan masyarakat miskin. Ada dua kelompok sasaran yang dijadikan subjek pemberdayaan dalam momentum Idul Adha ini, yaitu peternak kecil di daerah dan masyarakat miskin yang jarang mendapatkan kesempatan mengkonsumsi daging.

Maka, business process pun disusun. Bagaiman program yang kemudian diberi nama Tebar Hewan Kurban (THK) ini bisa memberdayakan peternak kecil? Apa problem yang selama ini dihadapai oleh para peternak kecil di daerah? Apa yang akan dilakukan oleh Dompet Dhuafa untuk mengatasi persoalan tersebut? Bagaimana strategi distribusi daging kurban agar sampai ke tangan masyarakat miskin? Hasil riset Dompet Dhuafa menemukan masalah-masalah yang dihadapi para peternak kecil di daerah diantaranya permodalan, pengetahuan yang rendah tentang pemeliharaan hewan ternak, manajemen dan pemasaran. Desain program tebar hewan kurban kemudian disusun untuk menjawab masalah ini. Dalam hal permodalan, Dompet Dhuafa mengalokasikan dana sosialnya untuk memberikan bantuan modal bagi para peternak kecil di daerah. Tim pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa datang ke daerah-daerah terpencil untuk melakukan identifikasi dan memberikan bantuan permodalan bagi masyarakat yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan.

Tanpa pengetahuan yang cukup dalam pemeliharaan hewan ternak, para peternak kecil ini sulit untuk berkembang. Maka untuk meningkatkan pengetahuan peternak dalam memelihara domba/kambing/sapi, Dompet Dhuafa mengirimkan tenaga-tenaga ahli peternakan untuk melakukan pembinaan kepada para peternak binaan. Dompet Dhuafa menyebutnya sebagai pedamping. Para pendamping ini tak hanya berkunjung, tapi juga tinggal bersama mereka; bertanggung jawab atas pembinaan peternak dalam satu wilayah tertentu. Merekalah para pejuang yang bekerja dalam sepi, mendedikasikan dirinya untuk memberdayakan para peternak. Para pendamping ini tidak hanya mengajarkan skill teknis memelihara hewan ternak, tetapi juga aspek manajemn. Para pendamping membentuk kelompok-kelompok peternak dan mendorong inisiasi program berbasis sesuai kebutuhan anggotanya. Para pendamping ini berperan sebagai pembimbing, mentor dan bahkan tak jarang menjadi konselor dan guru agama. Dompet Dhuafa membekali mereka secara berkala melalui pelatihan dan workshop agar mampu menjalankan peran tidak hanya sebgai ahli peternakan, tetapi juga sebagai agent of change di masyarakat.

Untuk menjaga agar ternak yang dipelihara berkembang dengan sehat dan baik, Dompet Dhuaga secara periodik mengirimkan tim Quality Control untuk mengeceknya. Tim Quality Control ini mendatangi para peternak di wilayah-wilayah terpencil.  Bahkan seringkali menempuh perjalanan ratusan kilometer dengan jalan yang berbukit-bukit, menembus hutan, menelusuri sungai, menyebrang lautan hanya untk memastikan bahwa ternak yang dipelihara berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

Bagaimana dengan pemasarannya? Di sinilah Dompet Dhuafa memanfaatkan hari raya Idul Adha untuk dijadikan momentum memasarkan ternak yang dimiliki para peternak binaan. Setelah memberikan modal dan melakukan pembinaan, Dompet Dhuafa kemudian membeli ternak-ternak tersebut untuk kebutuhan kurban di hari raya Idul Adha. Dompet Dhuafa mengajak umat Islam untuk menunaikan kurban sekaligus membantu para peternak kecil agar mendapatkan keuntungan dari penjualan ternaknya.

Berbeda dengan pemotongan kurban pada umumnya di mana hewan kurban dipotong di lokasi pekurban, Dompet Dhuafa memilih untuk memotongnya di wilayah yang menjadi kantong-kantong kemiskinan di berbagai pelosok di Indonesia. Meskipun domisili pekurban ada di Jakarta, Dompet Dhuafa tidak melakukan pemotongan hewan kurban di Jakarta. Meski juga terdapat daerah-daerah miskin di Ibu kota, riset Dompet Dhuafa menyebutkan bahwa jumlah hewan kurban yang dipotong umat Islam di Jakarta cukup untuk didistribusikan ke masyarakat miskin Ibu kota. Sementara, banyak daerah lain yang populasi miskinnya jauh lebih tinggi justru kurang mendapatkan pasokan daging kurban. Distribusi hewan kurban Dompet Dhuafa telahmenjangkau 4.155 desa, 375 kecamatan, 214 kabupaten, 33 provinsi dan 6 negara. Dompet Dhuafa memprioritaskan distribusi daging kurbannya ke daerah penampungan pengungsi akibat bencana dan daerah-daerah dengan pendapatan per-kapita penduduknya di bawah garis kemiskinan. Prioritas berikutnya ke panti jompo, panti asuhan, mesjid dan pesantren di daerah terpencil yang kesulitan mendapatkan bantuan hewan kurban karena umumnya ekonomi masyarakatnya kurang mampu.

Inisiatif Dompet Dhuafa dengan memanfaatkan momentum kurban sebagai tools pemberdayaan masyarakat layak diapresiasi. Kurban tak berhenti sekedar memotong hewan kurban dan selesai dengan membagikannya ke mustahiq, tapi bergulir menjadi program pemberdayaan peternak kecil di daerah-daerah. Semoga kedepannya semakin banyak model pemberdayaan ini diduplikasi dan dikembangkan oleh lembaga-lembaga sejenis. Akan jauh lebih besar efeknya jika pemerintah mengelola ini menjadi program pemberdayaan peternak di pedesaan. Semoga.

Dompet Dhuafa mendistribusikan hewan kurban ke wilayah miskin, tertinggal dan pedalaman, belum pernah menikmati hewan kurban dan wilayah-wilayah bencara atau rentan konflik,